PK IMM Mahardika UM Cirebon Gelar Seminar Edukasi dan Strategi Terhadap Pencegahan Perilaku Asusila

0
345
foto : ghostwhite-elephant-104947.hostingersite.com

ghostwhite-elephant-104947.hostingersite.com, Cirebon – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Mahardika mengadakan kegiatan seminar dan diskusi keagamaan pada Sabtu (23/11/24) di Aula Masjid Raya Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Cirebon. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja dari Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman di Bulan ini dengan tema “Edukasi dan Strategi Terhadap Pencegahan Perilaku Asusila yang Mengatasnamakan Agama”.

Acara ini dihadiri oleh Gozali, S.Ag., M.M. perwakilan dari Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Cirebon, M. Baihaqi Fadhil Wafi, M.Ag perwakilan dari dosen Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Cirebon serta merta sebagai pembina PK IMM Mahardika UMC, Assoc Prof. Dr. Aip Syarifudin, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Cirebon, Diki Ramadhan, S.Ag., S.H perwakilan dari Pimpinan Cabang IMM Kabupaten Cirebon, Zamzam Saepurromdon, S.Ag., M.Sos pemateri pertama dalam seminar ini, Dr. Sri Maryati, M.A pemateri kedua langsung dari Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Muhammadiyah Cirebon, serta sejumlah peserta seminar perwakilan dari berbagai ormawa yang ada dilingkungan Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Baca Juga : PC IMM Kabupaten Cirebon Resmi Dilantik, Usung Gerakan Kolaborasi Responsif

Aziman selaku ketua pelaksana acara menyampaikan dalam sambutannya acara ini diadakan sebagai bentuk pencegahan dan kesadaran kepada mahasiswa/i untuk terjadinya pelecehan seksual yang mengatasnamakan agama terutama pada ruang lingkup kehidupan kampus. Dalam sambutannya Diki Ramadhan memberikan apresiasi kepada Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman karena mengadakan acara seminar ini sebagai bentuk dari perasaan yang serius untuk menyikapi pelecehan seksual yang mengatasnamakan agama.

“Manusia merupakan tempatnya salah dan lupa sehingga tidak heran bahwasanya sesoleh atau sebaik apapun seorang manusia pasti pernah melakukan yang namanya kesalahan, maka dari itu sudah sewajibnya tugas kita sebagai seorang mukmin untuk saling menegur kepada teman-teman kita yang melakukan kesalahan dan mengajaknya kembali kepada jalan yang benar,” Ujar Gozali.

Baca Juga : Jelang Pilkada, PDPM Kabupaten Cirebon dan KPU Gelar Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih

“Dari tema acara ini kita bisa menyimpulkan bahwa dengan kekuasaan seorang manusia sangat mudah sekali untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk memuaskan nafsunya saja. Maka dari itu ketika kita diberikan kekuasaan oleh Allah jangan sampai kesombongan muncul dalam diri kita karena Allah berhak mencabut kekuasaan seseorang kapanpun dia mau,” Pungkasnya kembali.

Aip Syarifudin memaparkan bahwa critical thinking merupakan modal untuk menjadi manusia, bahkan untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Manusia secara bertahap akan dihadapkan berbagai macam persoalan hidup. Tanggapan-tanggapan teman-teman mahasiswa terhadap berbagai macam fenomenologi saya kira itu merupakan critical thinking mahasiswa yang berkembang menuju manusia yang memanfaatkan akalnya.

Baca Juga : Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Cirebon Adakan Diskusi Bersama

Zamzam Saepurromdon menjelaskan materinya “kenapa ada oknum yang berani melakukan tindakan pelecehan seksual? Kenapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa konsep kenapa hal itu bisa terjadi pertama, tujuan dakwah yang keliru. Kedua, konsep taat. Dalam menjalani kehidupan sebagai muslim kita tidak boleh bersikap taklid kecuali taklid kepada mufti yang keilmuannya memang sudah tidak diragukan lagi. Dalam konsep ini kita hanya boleh taat kepada Allah dan kepada orang-orang soleh kita hanya boleh melakukan sikap menghormati jangan sampai mentaati. Ketiga, akhir zaman. Nabi Muhammad telah menceritakan kepada sahabat bagaimana kondisi umat Islam ketika berada di akhir zaman nanti seperti yang kita rasakan sekarang ini.”

Sri Maryati Mensosialisasikan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2024 Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Di Lingkungan Perguruan Tinggi. Beliau bertanya kepada para mahasiswa/i yang hadir kenapa perlu ada aturan kekerasan di Perguruan Tinggi? Ini karena meningkatnya kekerasan dalam berbagai bentuk yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi, serta untuk menjamin penyelenggaraan tridharma yang ramah, aman, inklusif, setara dan bebas dari kekerasan. Kekerasan yang ada dalam lingkungan kampus perguruan tinggi mencakup tiga aspek; yaitu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi.(CM)

Kontributor : Ulil Albab

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini